SlideShow

0

Semua Berawal dari Kemauan




Hari ini adalah hari Jum’at, waktunya Yono dan Ayahnya pergi ke Masjid untuk Sholat Jum’at. Kebetulan hari itu Pak Mulyo sedang libur karena hari cuti bersama. Jadi ia bisa menemani anak-anaknya yang sedang menunggu hari pertama masuk SMA. Karena jarak rumah mereka dengan Masjid cukup jauh, mereka harus menggunakan sepeda motor. Di sepanjang Jalan, mereka selalu melihat pengamen dan pengemis.  Melihat hal itu mereka langsung berbincang-bincang.
“ Le­, kamu lihat pengamen dan pengemis tadi  tidak ?”
“ Wah, Nggih Pak. Heran aku, padahal mereka tu kelihatannya masih sehat, segar bugar, kok nggak cari kerja aja nggih pak?”
“ Le, sebenarnya kalau masalah gitu, ndak bisa seratus persen nyalahin mereka. Memang sih lebih baik mereka cari kerja. Tapi jangan salah lo, kadang-kadang kalau yang ngamen itu memang pilihan mereka. Mungkin mereka suka dan punya bakat di bidang musik dan tarik suara, tapi mereka ndak punya tempat untuk menyalurkannya.”
“ Ha, terus kalau pengemis itu gimana pak? Apa itu juga pilihan hidup?”
“ Kalau bapak liat, kebanyakan dari mereka justru tidak punya pilihan. Banyak yang bilang mereka mengemis karena ndak punya pekerjaan lain, sakit, fisiknya ndak kuat, dan bahkan ada yang bilang ‘Luwih Becik Njaluk Mbangane Nyolong’ .  Sayangnya, banyak pihak yang kebablasan dalam dunia perngemisan ini. Maksudnya, ada yang kaya masih juga ngemis, terus ada yang pura-pura buta, bawa-bawa anak kecil dan disuruh minta-minta untuk di setorin ke orang tuanya. Mesakke lho le, kasihan itu anak. Harusnya mereka sekolah, belajar, bermain, ealah malah disuruh minta-minta .”
“ Wah pak, santai lo pak. Inget lagi nyetir motor lo. Ngeri nek bapak juga kebablasan. Hehe.”
“ ealah iyo le, bapak malah kebawa emosi. Saking semangatnya. Yo wis, kita nggak usah ngebut ya.  Jum’atannya kira-kira masih 20 menitan.”
“nggih pak, manut aja aku. Tapi aku masih penasaran pak. Kok ada ya orang kayak gitu? Seolah-olah mentingin diri sendiri.”
“ ya gitulah le, yang namanya manusia. Selalu pengen yang mudah, yang instan untuk dapat uang. Bapak malah lebih menghargai anak muda yang ngamen daripada minta-minta, soalnya mereka mau berusaha dan ndak mengharap belas kasih orang. Sayang, mereka tempatnya ya di jalanan gini. Tapi gimanapun, pengamen dan pengemis juga manusia. Pasti mereka juga punya hati dan akal. Jadi mereka harusnya tahu yang benar dan yang salah.”
                “ ha terus kita mesti gimana pak?”
                “ Ya nggak gimana-gimana. Semuanya tu pilihanmu le. Kalau pas kamu diminta uang sama mereka mau, ya kasih aja, kalau nggak usah ya tolak dengan sopan aja. Yang penting kamu harus bisa lebih dari mereka. Wong bapak sekolahin biar jadi presiden e. ”
                “ Yo harus itu pak, tapi aku nggak mau jadi presiden ah, nanti nggak bisa tidur. Jadi suster boleh nggak pak? “
                “ ealah bocah, ngaco kamu. Masak cowok jadi suster. Ya udah kalo kamu mau jadi apa aja boleh asal itu baik lho. Dan bapak nggak mau kamu ngrugiin Negara. Dan yang terpenting kamu harus punya kemauan dan tekad untuk mewujudkan impianmu itu le.”
                “  Super sekali bapak ki, kaya yang di Tivi. Ya udah pak ngobrolnya nanti lagi habis Jum’atan. Bentar lagi adzan.”
                “ Yo wes, pegangan le bapak mau ngebut.”
                “Ngeeeeng” 

0 komentar:

Posting Komentar